Minggu, 19 April 2009

KEMPANYE DAN PEMILU SIAPA TAKUT?


Hadouh, namanya Pemilu pasti aja ada namanya kampanye. Tanggal 16 Maret kemaren udah mulai kempanye parpol terbuka di mana-mana. Sehari sebelumnya, semua ketua parpol yang ke-PD-an menang and bisa mimpin pada ngumpul di Arena Pekan Raya Jakarta buat ngedeklarasiin kempanye damai. Omong kosong, di hari itu juga, sebelum dibunyiin sirine tanda kampanye damai dimulai, ada salah satu parpol yang bikin rusuh. Coba liat, dengar, nonton di media massa deh, dari parpol yang sekuler, liberal, sosialis sampe parpol yang katanya punya moral keagamaan tinggi, sopan and lembut kaya marmut pun, ikut rusuh juga, sob! Aduh,..gmana?
I don’t care the rules! Itu mestinya yang kader parpol peserta Pemilu 2009 teriakin N resapin dalam relung hati mereka yang paling dalam! Banyak peraturan yang dilanggar sama mereka yang lagi kampanye. Banyak anak kecil ingusan yang ikut-ikutan kampanye, kalo pake motor ngak pada peke helm, ngembat jalan orang. Bikin polusi asep N suara, pas sampe panggung, bukannya juru kampanye yang ngoceh nguber janji kosong, malah penyanyi dangdut yang goyang erotis bikin tegang di siang bolong. Makin puanasss… Owh Awh… Tarik mang… Goyang yowh.. eh..eh bentar UU Pornografinya mana?
Next…
Brur, ngapain bingung-bingung milih siapa cikal bakal pemimpin baru buat rakyat Indonesia yang makin gaul ini. Gimana gak gaul? Anak jalanan makin banyak, PKL ngebludak, pengangguran ngantri, 50.000 angka bunuh diri, yang 70%nya gara-gara masalah ekonomi, banyak CW yang ngejual diri Cuma buat sebungkus nasi N ngasih ke bonyok mereka di kampung, angka kriminal meningkat drastis, tawuran antar kampung, antar SARA goes on, pemberontakan Bintang Kejora di Papua yang pengen misahin diri dari Indonesia makin panas. Sementara SDA berupa hutan, hasil laut, minyak bumi, batu bara terus aja dikenyotin sama perusahaan swasta N asing. Tapi, apa kata Mas Ndut Ngantuk N partnernya? Harga BBM diturunkan-diturunkan-diturunkan. BLT lanjutkan? Lanjutkan… Harga BBM turun bukan hasil kerja si Mas, ya emang harga minyak dunia lagi turun. Ehem, inget padi super toy!
Next…
Siapa sih yang diuntungkan? Katanya pesta rakyat, tapi kok Mas Supri masih aja ngenyot becak, Mas Imam masih aja toeh narik ojeknya, yang pesta sih kayanya Mas ROMA aja ama soneta groubnya yang kebanjiran job di pesta kampanye, eh iya ada lagi satu yang kelupaan paman sblon dkk, kayanya juga ke cipratan kue pesta toeh, ya paling Cuma gopenglah, Paman pentol juga dapat toeh, pas lagi orang kempanye dia jualan pentol kan dapat juga ke cipratan kue pestanya eheheee, eh Gepeng juga dapat toeh, pas orang lagi kampenye dia lagi di cari buat alat peraga kampenye, ya di jadiin obyek partailah gambar lambangnya di kepala Mas Gepeng kan lumayan uangnya buat beli bakso ehehehe…
Next…
Kampanye N Pemilu hanya menyisakan sampah-sampah berserakan, banyak orgil yang nggak menang Pemilu, babak belur karena nggak bisa menuhi janji pas kalah, bunuh diri karena malu ama tetangga nggak banyak dapat suara, sampe ada yang nggak berani keluar rumah karena utangnya numpuk pas waktu kempanye. Weleh-weleh pesta apa pesta ya sampe lupa diri.
Biaya Pemilu yang begitu besar bahkan paling besar di seluruh Dunia, wah habisin dan APBN aja toeh lebih baik buat anggaran pendidikan yang kurang atau buat biaya kesehatan masyarakat yang ngak terjamin. Bayangin aja orang miskin di larang sakit karena gara-gara mahalnya biaya rumah sakit, aduh dimana toeh Mas Susi sama Mas Kala.
Nah, smart kan! Pemilu bukan solusi dari problem kenegaraan. Pemilu gak lebih dari unjuk gigi parpol yang keluar dari fungsi asalnya sebagai wadah aspirasi masyarakat, pengkritisi UU N sarana pembelajaran politik buat masyarakat + bukan rebutan ngirim calon pemimpin negara. Masak ia parpol ngasih sembako, ngadain pengobatan gratis? Tapi kalo udah duduk di kursi kekuasaan, rakyat jadi bahan malpraktik lagi dah. Nasib…nasib. Jadi hanya penerapan syariah Islamlah yang mampu menyelamatkan Indonesia bahkan Dunia, sekarang mau pilih mana pilih golput atau penerapan Syariah Islam? Ya kalau ngak ada partai yang siap menerapkan syariah Islam secara kafah ya lebih baik contreng yang warna putih aja, hehehe.
SUARA RAKYAT, SUARA TUHAN?


Masa kampanye telah berakhir, dan pemilihan anggota legeslatifpun kini telah usai, yang ada hanya tinggal rakyat menagih janji. Akankah harapan yang telah mereka taruhkan untuk memilih pemimpin yang adil dan bijaksana bisa terwujud ataukah rakyat hanya dijadikan alat untuk maju ke kursi pemerintahan, ini akan dibuktikan pada saat dilantiknya para pemimpin-pemimpin baru nanti.
Dan apakah selogan Suara Rakyat, Suara Tuhan Itu benar-benar bisa di buktikan, ataukah hanya omong kosong belaka? Meskipun rakyat bukan representatif dari suara Tuhan.
Di Indonesia sendiri, pada tahun ini terdapat 10,24 juta rakyat menganggur, 33 juta lebih rakyat hidup di bawah garis kemiskinan, bahkan jika menggunakan standar Bank Dunia, angkanya bisa mencapai 100 juta orang. Sebanyak 90% kekayaan migas kita juga telah dikuasai oleh kekuatan asing. Belum lagi kekayaan alam yang lainnya. Lihatlah, kekayaan alam kita yang melimpah ternyata hanya menyumbangkan 20% pendapatan dalam APBN, 75%nya diperoleh dengan ‘MEMALAK’ rakyat, melalui pajak, sisanya 5% dari perdagangan, dan lain-lain.
Inilah realitas sistem Kapitalis Sekularisme dan Liberalisme yang mencengkram kehidupan umat Islam, termasuk di negeri ini. Adilkah itu?
Jadi, masihkah kita berharap pada sistem yang rusak seperti ini, yang terbukti telah menghempaskan dunia, termasuk Indonesia, ke dalam jurang kehancuran? Orang yang berakal sehat, tentu akan menjawab tidak. Itulah mengapa, seorang Angela Merkel, Kanseler Jerman, beberapa waktu lalu pernah menyatakan, bahwa dunia membutuhkan sistem alternatif.
Yakinlah bahwa perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik tidak bisa hanya dengan ‘mengubah’ (mengganti) sosok pemimpinnya, tetapi juga mengubah sistem/aturan yang dijalankannya, yakni dari sistem sekuler, sebagaimana saat ini, ke sistem Islam, yang diwujudkan dengan penerapan syariah Islam secara total dalam negara. Hal ini penting karena satu alasan: Menerapkan hukum-hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan adalah kewajiban kolektif (fadhu kifayah) bagi umat Islam. alasan lainnya, karena sistem sekuler, dengan demokrasi sebagai salah satu pilarnya, saat ini telah terbukti rusak dan gagal menciptakan kesejahteraan lahir batin dan keadilan bagi semua pihak. Logikanya, buat apa kita mempertahankan sistem yang telah terbukti rusak dan gagal? Padahal jelas Allah SWT telah menyediakan sistem yang baik, yakni sistem syariah Islam.
Tentu bisa dianggap tidak bertanggung jawab atas nasib negeri ini jika dala menghadapi Pemilu kita hanya duduk manis seraya melipat tangan di dada, tidak berbuat apa-apa demi perubahan. Akan tetapi, tentu tidak bijak pula jika Pemilu seorang dianggap ‘obat mujarab’ yang pasti menghasilakan perubahan ke arah yang lebih baik. Jika yang diinginkan adalah perubahan semu dan sesaat (sekedar pergantian orang-orang yang duduk di struktur pemerintahan dan di DPR), mungkin iya. Namun, jika yang dikehendaki adalah perubahan hakiki dan mendasar (dari sistem sekuler ke sistem yang berlandaskan syariah Islam), maka masuk dalam pusaran sistem demokrasi justru sering melahirkan bahaya nyata: pengabaian terhadap sebagaian besar hukum-hukum Allah SWT. Pasalnya, demokrasi memang sejak awal menempatkan kedaulatan (kewenangan membuat hukum) berada tangan menusia (rakyat) ‘Voice People, Voice God’, bukan di tangan Allah SWT. Akibatnya, hukum-hukum Allah SWT selalu tersingkir, dan hukum-hukum buatan manusialah yang selalu dijadikan pedoman. Inilah yang sudah terbukti dan disaksikan secara jelas di dalam sistem demokrasi di manapun, termasuk di negeri ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan hidayah dan taufiq atas umat ini, yang bisa menggerakkan mereka untuk aktif dalam memperjuangkan tegaknya syariah Islam. semoga Allah SWT pun selalu membimbing umat ini agar senantiasa menapaki manhaj perjuangan Rasulullah saw., sejak memulai dakwahnya di Makkah hingga berhasil menegakkan Daulah Islam di Madinah, sekaligus menyebarluaskan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Amin.
Sarli
Mahasiswa FKIP Unlam Program Studi Pendidikan Ekonomi
Aktivis Forum Mahasiswa Anti Imperialisme Kalimantan Selatan
Email: jundullah.88.a.s.a@gmail.com