Selasa, 02 Desember 2008

Sarli

PAHLAWAN DAN GLOBALISASI


10 Nopember merupakan hari yang seharusnya di tiru oleh pemimpin negeri ini, dimana para pejuang kemerdekaan dengan gagah maju ke medan perang demi membela negara. Tak ada kata takut di benak mereka, yang bisa menghentikan para pejuang untuk maju ke medan perang hanyalah “kemenangan atau kematian”.
Tapi sekarang penerus perjuangan itu kini telah pudar, sepertinya semangat perjuangan yang dulu pernah dicontohkan oleh para pejuang kemerdekaan dulu tidak membekas sedikit pun pada generasi muda dan para pemimpin kita. Arah perjuangan kini telah berubah menjadi 3600 ke arah yang lebih fanatik pada globalisasi.
Di hari perjuangan ini sepertinya semangat generasi muda untuk membangun bangsa ini kini telah rapuh, Reformasi seperti tidak memberi arti kepada generasi muda.
The Lost Of Generation itulah yang terjadi di Indonesia, semangat generasi muda lebih cenderung ke arah yang negatif, bukan ke arah perubahan untuk membangun bangsa dan negaranya yang kian keropos.
Di sana-sini banyak diberitakan tentang kenakalan remaja, terlibat pergaulan bebas, minuman keras, mengonsumsi obat-obatan terlarang, perkelahian antar pelajar dan antar mahasiswa pun tidak jarang kita dengar, hampir setiap saat selalu ada saja pelajar atau mahasiswa yang tauran. Sungguh aneh jika kita lihat, semangat yang sangat menggebu-gebu ketika para pahlawan mengangkat senjata mereka, semangat ketika Amien Rais menyuarakan Reformasi, dan semangat ketika Hasanudin HM menyuarakan untuk menjadi bangsa Indonesia bukan bangsa asing pun kini telah berubah.
Hilangnya generasi muda yang tangguh ini tidak lepas dari beberapa segi; Pertama, lingkungan; Kedua, pola hidup; Ketiga, jiwa dan rasa kebersamaan yang telah luntur.
Secara geris besar memang lingkunganlah yang berperan aktif untuk merubah generasi muda, tapi sekarang lingkungan pun sudah tercemar dengan globalisasi. Masyarakat khususnya generasi muda kini telah terjangkit virus berbahaya yakni globalisasi, globalisasi bukan hanya sekedar menyerang generasi muda saja tetapi telah menjalar ke birokrat-birokrat pemerintahan. Banyak sumber daya alam yang sepertinya digadaikan oleh penentu kebijakan di negeri ini seperti Sofyan Djalil yang sudah sembrono memprivatisasi BUMN.
Indonesia terancam, dari beberapa segi kita sudah melihat betapa Indonesia kian terpuruk; pembalakan liar yang kian merugikan negara miliaran Rupiah kini terjadi dimana-mana, keserakahan eksploitasi minyak dari koporasi yang secara legal menguras kekayaan alam kita. Sementara itu, pembagian keuntungan juga tidak seimbang, inilah hasil dari sebuah globalisasi.
Globalisasi telah merenggut nyawa bangsa ini, bukan hanya generasi muda saja yang diracuni virus globalisasi tetapi negara ini pun telah menjadi sarang tumbuh dan berkembangnya globalisasi. Indonesia kian terdikte ole asing, setiap keputusan yang diambil Indonesia selalu saja ada campur tangan asing, seperti masalah eksekusi mati Amrozi Cs yang dimotori oleh Australia, kasus Ahmadiah yang didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris. Negeri ini seperti milik asing saja, karena semua keputusan yang diambil bukan untuk rakyat tetapi untuk kepentingan asing dan sekutunya. Undang-undang yang dibuat untuk mensejahterakan asing bukan rakyat. Kian banyak undang-undang yang malah menyudutkan rakyat seperti UU Migas, UU Penanaman Modal dll, yang telah dimanfaatkan asing untuk mengeruk segala sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.
Sebagai sebuah bangsa yang telah lebih setengah abad merdeka, Indonesia seharusnya memiliki keberanian untuk melawan bangsa Imperialisme penjajah. Seperti yang telah dilakukan pemimpin (Iran) Ahmadinejad, (Bolivia) Evo Morales, (Ekuador) Mahmoud Correa, dan (Venezuela) Hugo Chavez yang dengan lantang berani menentang imperialisme ekonomi AS dan mengusir perusahaan multinasional (MNC) yang setiap saat menghisap SDA bangsa mereka.
Kinilah saatnya kita bercermin pada keberanian para pahlawan yang telah rela mengorbankan segala harta dan jiwa mereka demi bangsa Indonesia, mereka sanggup gugur di medan tempur agar Indonesia tidak menjadi bangsa Asing.
Di hari pahlawan ini, semoga semangat yang dulu pernah di miliki para pahlawan untuk mengusir asing kini merasuk ke jiwa generasi muda dan para pemimpin di negeri ini untuk sesegera mungkin mengusir imperialisme asing penjajah yang acap kali menyudutkan penduduk di negeri ini dengan keganasan globalisasi mereka.
Dengan semangat pahlawan ini lah mari kita kibarkan bendera kemerdekaan dan menjadi bangsa yang mandiri tanpa bantuan asing yang sifatnya hanya penjajah.

Tidak ada komentar: