Selasa, 21 Oktober 2008

Menjadi Indonesia Yang Lebih Baik

MENJADI INDONESIA YANG LEBIH BAIK
Sepertinya semua teori yang telah diajarkan oleh Marshal dan kawan-kawannya dalam ekonomi modern tidak berlaku lagi, ekonomi Barat yang berbasis pada riba banyak menggunakan konsep ekonomi klasik warisan Adam Smith yang sangat menekan bunga. Dalam pandangan ini, agar uang yang ditabung penduduk mengalir ke para pengusaha dan pedagang yang membutuhkan modal untuk bisnisnya maka harus ada bank. Bank adalah jembatan untuk menabung dan pebisnis. Kesuksesan negara tergantung pada keseimbangan aliran ini. Dan untuk menjaga keseimbangan ini, sepenuhnya tergantung pada satu hal: bunga.
Hanya saja, kalau kebijakan ini kebablasan, maka akan menimbulkan ketidak seimbangan lain. Saat ekonomi sudah pulih tapi suku bunga masih tetap tinggi, maka akan banyak perusahaan yang gulung tikar dan terjadi banyak PHK sehingga banyak pengangguran. Kondisi ini akan membuat lesu perekonomian karena rakyat daya belinya rendah. Terjadi penyimpangan: dari “normal” menuju “terlalu kering”.
Fakta bahwa manusia punya keterbatasan juga menjadi bukti bahwa: hukum kestabilan supply-demand dan adanya “tangan gaib” (the invisible hand) serta hukum Say supply creates its own demand (penawaran menciptakan permintaan terhadapnya secara otomatis) – bertentangan dengan kenyataan hidup manusia.
Kesimpulannya, hasil dari ekonomi ribawi ini adalah: 1. Krisis sosial. 2. Kesenjangan sosial. Sedangkan bentuk negara yang dihasilkan: Negara Perusahaan. Bentuk pemerintahannya: Diktator Perusahaan Besar. Kepala negaranya: Konglomerat. Peran negara yang hanya sebagai wasit semakin mengukuhkan “kediktatoran” ini.
Bila riba dilarang, di satu sisi langsung ratusan triliun dari APBN bisa di hemat, jadi pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM lagi. Maka oleh sebab itu perlu adanya konsep ekonomi yang jelas dan menyeluruh yakni syariah. Kebijakan ekonomi syariah, dengan asas ekonomi bertumpu pada distribusi, bukan semata-mata pertumbuhan, baru dapat diterapkan kalau memang ada keberanian yang rasional untuk itu. Harus diingat, bahwa satu saja kebijakan makro ekonomi syariah diterapkan, dampaknya akan luas. Bukan hanya pemulihan perekonomian tetapi juga pemerataan.
Jika Indonesia ingin berubah maka yang perlu dirubah dulu adalah mental terjajah menjadi mental mandiri yang paling kuat adalah dengan memberikan pemahaman yang ideologis. Bagi umat Islam, pendekatan ideologis ini berarti akidah Islam dan qiyadah fikriyyah (kepemimpinan ideologis) Islam.
Ketika Islam dijadikan asas berpikir dan tolak ukur perilaku, maka otomatis akan muncul jiwa-jiwa yang mandiri, yang pada gilirannya akan melakukan introspeksi: masihkah ada pada dirinya anasir terjajah yang ada pada dirinya.
Jika kita melihat India dan Cina telah berhasil meraih kemandiriannya. Mereka bahkan telah berhasil menguasai teknologi nuklir dan teknologi antariksa secara mandiri, tanpa utang luar negeri! Jadi, jangan ditanya apakah mereka mampu membuat industri mobil atau swasembada pangan.
Lalu apakah kita sebagai bangsa Indonesia hanya akan berpangku tangan dan menunggu bantuan dana asing, setelah itu rakyatnya beribu-ribu antri untuk mendapatkan uang sebesar Rp 30.000,00 bahkan demi uang sebesar itu mereka rela merenggang nyawa. Tapi pemerintah di negeri ini hanya diam saja. Lebih dari berjuta-juta orang di negeri ini berada di dalam garis kemiskinan, padahal sumber daya alam kita melimpah ruah tapi yang memungut hasilnya adalah asing. Apakah pemimpin di negeri tidak malu di mata dunia, negara kecil saja seperti Singapura mampu hidup mewah, tapi kenapa bangsa yang mempunyai menteri perekonomian, menteri perdagangan, menteri keuangan, menteri ESDM, menteri sumber daya alam dan puluhan menteri lainnya hanya mampu untuk melangsungkan hidup bukan merubah kehidupan. Sepertinya pemerintahan di negeri ini hanya sebagai sebuah simbol saja tanpa ada perubahan yang dilakukannya. Adanya menteri bukan untuk mensejahterakan rakyatnya tetapi hanya sebagai pelengkap bagi sebuah berdirinya negara.
Indonesia, dengan segala potensi ekonominya, sesungguhnya bisa mandiri, asal mau menerapkan kebijakan ekonomi syariah, bukan yang lain. Hanya dengan syariah Islamlah Indonesia akan benar-benar mandiri, tanpa itu semua Indonesia hanya akan menjadi negeri penghamba dan pengemis di mata dunia. Wallahu a’alam bi ash-shawab

Tidak ada komentar: