Selasa, 21 Oktober 2008

Revolusi Mahasiswa Di Era Reformasi

REVOLUSI MAHASISWA DI ERA REFORMASI
Munculnya opini saat nya yang muda yang memimpin di akhir-akhir ini telah membuat mahasiswa banyak yang terlena akan janji-janji palsu itu. Selegon-selogan itu sering kali dikeluarkan oleh elit politik (parpol) untuk menarik minat mahasiswa. Sehingga mahasiswa pun larut dalam janji-janji itu.
Benarkah yang muda yang harus memimpin? Siapapun yang menjadi pemimpin negeri ini tidak akan pernah membawa perubahan yang lebih baik, walaupun yang muda sekalipun karena persoalan bangsa ini bukan persoalan personil tetapi sistem yang mengatur roda pemerintahan ini. Sistem kapitalis sekuler yang dengan ganas telah merusak tatanan kehidupan bangsa ini sehingga rakyat nya sudah tak mampu lagi berpikir tentang hidup, alam semesta dan manusia, serta hubungan ketiganya dengan sesuatu yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya. Kalau manusia ingin bangkit maka harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini untuk diganti dengan pemikiran lain yakni Islam sebagai ‘mabda’ idiologi.
Hingga saat ini krisis di segala segi masih mencengkram negeri kita. Ia seolah penyakit kronis yang sukar disembuhkan sehingga sempat membuat negeri ini “koma”. Salah satunya yaitu krisis ekonomi moneter yang dalam bahasa ngetrennya biasa kita sebut “krismon”.
Di tengah situasi perekonomian yang kontemporer saat ini, angka kejahatan semakin meningkat, sebagai salah satu dampak negatif dari krisis ekonomi. Ironisnya lagi, seiring dengan krisis ekonomi tersebut, krisis moral juga ikut merajalela. Bahkan banyak orang yang tega yang menghilangkan nyawa saudaranya hanya karena sesuap nasi. Realita ini tidak bisa kita pungkiri.
Lalu siapa yang akan membawa perubahan itu? Perubahan yang lebih baik untuk bangsa kita tercinta ini, apakah yang muda ataukah mahasiswa?
Mahasiswa UI rela mati saat menentang kenaikkan harga BBM, mahasiswa Trisakti, Semanggi 1, Semanggi 2, dan sejuta mahasiswa lainnya yang telah rela mengorbankan segalanya demi membela rakyat. Lalu mana yang muda?
Suara siapa yang masih bergema diantara hujan deras, di panasnya terik matahari, suara siapa yang masih bergema diantara sempitnya jalan perkotaan, suara siapa yang bergema ketika semau orang terluka, ketika semua orang sudah tidak mementingkan sanak saudaranya. Mahasiswalah yang telah menjadi pelopor perubahan itu. Kinilah saatnya mahasiswa berevolusi untuk memimpin perubahan ini bukan yang muda, kalimat yang muda hanya kalimat yang meracuni ribuan dan bahkan jutaan mahasiswa di Indonesia, kalimat yang hanya membubuhkan janji-janji palsu untuk mencari dukungan di kalangan mahasiswa.
Saatnyalah mahasiswa yang memimpin negeri ini, tingkat pendidikan bukan suatu jaminan untuk membawa bangsa ini lebih maju, presiden kedua kita saja hanya lulusan SD saja tetapi mampu memimpin negeri ini selama kurang lebih 35 tahun.
Kontribusi yang diberikan para pemimpin kita saat ini untuk bangsa selain meninggalkan luka bagi rakyat yang selama 63 tahun masih dalam keadaan terjajah. Belanda telah berakhir, Jepang pun memang telah berakhir tetapi IMF, BANK Dunia dan sederet lembaga luar negeri lainnya yang telah menjajah anak bangsa ini.
Negeri yang kaya raya seharusnya menjadikan anak bangsa ini cerdas, rakyatnya sejahtera, pembangunan dimana-mana, keadilan, kesehatan, dan keamanan setiap orang terjamin tanpa memandang status, harkat dan martabatnya. Tapi yang terjadi justru sebaliknya anak bangsa ini terancam kebodohan dan kemiskinan, ditambah lagi sederet penderitaan yang lain seperti kesehatan rakyat miskin yang tergadai kan seakan-akan yang miskin dilarang sakit. Orang miskin seperti tidak layak hidup dimuka bumi ini, pendidikan, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan mereka seperti tidak berarti dimana pemerintah. Mana tanggung jawab mereka terhadap rakyat?
Pemilu 2009 tidak lebih hanya melahirkan pemimpin-pemimpin yang korup penghisap darah rakyat. Sejuta fenomena telah terjadi, tinggal menunggu siapa yang akan menjadi agent of change itu.
Kapitalis sekuler telah meracuni kehidupan bangsa ini ditambah lagi kebohongan para penguasa kita yang telah menjadikan rakyat semakin terjajah. Apakah kita semua akan tetap bertahan dalam keadaan seperti ataukah kita akan beranjak dari lumpur penderitaan ini, hanya ada satu pilihan yakni Islam, dan mahasiswa sebagai pelopor nya, sebagai penggerak perubahan ini.

Tidak ada komentar: