Selasa, 21 Oktober 2008

Penjajahan Lewat Dunia Pendidikan

Betapa mahalnya biaya pendidikan sekarang sehingga banyak anak bangsa ini yang tidak bisa mengenyam pendidikan. Semakin kapitalisnya dunia pendidikan sekarang seakan-akan orang yang miskin dilarang pintar.
Di sisi lain bangku-bangku sekolah ini hanya mampu menghasilkan sarjana dan para pelajar yang tidak mempunyai taraf berpikir yang tinggi, sehingga setiap melanjutkan sekolah ke perguruan yang tinggi harus selalu ada seleksi. Seleksi ini bertujuan bukan untuk melihat standar kompetensi siswa tetapi melihat kemampuan berpikir para siswa, hal ini terjadi karena ketidak percayaan perguruan tinggi terhadap sekolah yang meluluskan siswa tersebut, hal ini pun selalu terus berlanjut sampai ke perguruan di atasnya.
Mungkin yang menjadi titik pertanyaan kita ialah dimana tanggung jawab negara? Negara seakan-akan lepas tangan terhadap dunia pendidikan dan bahkan yang lebih parah lagi dunia pendidikan digunakan sebagai ladang untuk mencari uang, dan yang lebih eronis lagi guru yang seharusnya memberikan contoh yang baik malah menjadi penghisap darah siswa dengan melakukan pungutan liar (pungli) di kalangan siswa.
Pangkal dari semua ini adalah ideologi Kapitalis sekuler yang dengan ganas telah merusak seluruh tatanan hidup manusia, termasuk pendidikan. Sehingga menyebabkan pendidikan begitu sulit dijangkau masyarakat miskin. Pendidikan menjadi barang mahal yang hanya mampu dinikmati oleh segelintir orang. Akibatnya, generasi bangsa ini terancam kebodohan dan kemiskinan.
Di sisi lain, dalam pendidikan sekuler, agama dianggap hanya sebagai salah satu mata pelajaran, bukan dasar untuk semua ilmu yang dipelajari. Wajarlah jika generasi yang dihasilkan adalah generasi yang berkepribadian ganda dan berperilaku buruk. Gaya hidup hedonis dan permisif menjadi gaya hidup sebagian besar generasi muda kita saat ini.
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan kegagalan pendidikan sekarang, di antaranya: Pertama, tujuan pendidikan yang tidak jelas. Seharusnya tujuan pendidikan adalah dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islami, menguasai pemikiran Islam dengan matang, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi/IPTEK), dan memiliki keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna.
Kedua, kurikulum yang sekuler. Kurikulum seharusnya mengacu pada akidah Islam yang memiliki karakteristik dalam pembentukan kepribadian Islam serta penguasaan tsaqaafah Islam dan IPTEK.
Ketiaga, pendidikan yang kurang profesional dan kurangnya kompensasi bagi para pengajar. Seharusnya ada penyeleksian yang ketat dalam memilih guru. Untuk menunjang keprofesionalan, guru seharusnya diberikan pengayaan metodologi sekaligus jaminan kesejahteraan yang layak. Guru juga harus mempunyai keteladanan yang baik dan mempunyai akhlak yang mulia agar menjadi panutan.
Keempat, meteri pendidikan yang disajikan hanya sebatas teori yang tidak berpengaruh kepada siswa. Padahal pendidikan seharusnya berpegang pada prinsip bahwa ilmu adalah untuk diamalkan. Materi yang diberikan juga tidak boleh bertentangan dengan akidah Islam.
Kelima, kurangnya dana dan sarana. Biaya yang mahal mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak bisa menikmati pendidikan dan sarana yang tidak lengkap mengakibatkan pendidikan menjadi terhambat. Karena itu, masyarakat harus dibebaskan dari biaya pendidikan.
Semua hal di atas tidak mungkin akan terwujud tanpa ada peranan negara sebagai satu-satunya institusi yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan umat.
Jelaslah kini, pendidikan sekuler terbukti telah gagal melahirkan generasi yang berkepribadian unggul. Tiba saatnya kini, kita mulai mengalihkan pandangan pada sistem pendidikan Islam yang sudah terbukti mampu melahirkan sosok-sosok tangguh dan salih. Pendidikan dalam Islam benar-benar diorientasikan untuk melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam sekaligus menguasai tsaqafah Islam dan ilmu-ilmu kehidupan. Lebih dari itu, dalam Islam, pendidikan merupakan tanggung jawab negara sehingga seluruh warga negara berhak untuk menikmatinya.

Tidak ada komentar: